Al-Qur`an telah bertutur tentang dua wanita solehah yg keimanan telah menancap kokoh di relung kalbunya. Dialah Asiyah bintu Muzahim istri Fir’aun dan Maryam binti ‘Imran. Dua wanita yg kisah terukir indah di dlm Al-Qur`an itu merupakan sosok yg perlu diteladani wanita muslimah saat ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dlm Kitab-Nya yg mulia: وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً لِلَّذِيْنَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ. وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهِ مِنْ رُوْحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِيْنَ Dan Allah membuat isteri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang2 yg beriman ketika isteri Fir’aun berkata: “Wahai Rabbku bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dlm surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatan dan selamatkanlah aku dari kaum yg dzalim.” Maryam putri Imran yg memelihara kehormatan mk Kami tiupkan ke dlm rahim sebagian dari roh Kami dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabb dan kitab-kitab-Nya dan adl dia termasuk orang2 yg taat.Asiyah bintu Muzahim istri Fir’aun dan Maryam bintu ‘Imran adl dua wanita kisah terukir indah dlm Al-Qur`an. Ayat-ayat Rabb Yang Maha Tinggi menuturkan kesolehan kedua dan mempersaksikan keimanan yg berakar kokoh dlm relung kalbu keduanya. Sehingga pantas sekali kita katakan bahawa kedua wanita yg manis dlm sebutan dan indah dlm ingatan. Asiyah dan Maryam adlh dua dari sekian qudwah bagi wanita-wanita yg beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan uswah hasanah bagi para isteri kaum mukminin.Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu berkata dlm kitab tafsirnya: “Allah yg Maha Tinggi berfirman bahwasa Dia membuat permisalan bagi orang2 yg membenarkan Allah dan mentauhidkan-Nya dgn istri Fir’aun yg beriman kepada Allah mentauhidkan-Nya dan membenarkan Rasulullah Musa ‘alaihissalam. Sementara wanita ini di bawah penguasaan suami yg kafir satu dari sekian musuh Allah. Namun kekafiran suami itu tdk memudharatkan krn ia tetap beriman kepada Allah. Sementara termasuk ketetapan Allah kepada makhluk-Nya adl seseorang tidaklah dibebani dosa orang lain dan tiap jiwa mendapatkan apa yg ia usahakan.”Pada diri Asiyah dan Maryam ada permisalan yg indah bagi para isteri yg mengharapkan perjumpaan dgn Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir. Kedua dijadikan contoh utk mendorong kaum mukminin dan mukminat agar berpegang teguh dgn ketaatan dan kokoh di atas agama.Seorang isteri yg solehah ia akan bersabar dgn kekurangan yg ada pada suami dan sabar dgn kesulitan hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah berkeluh kesah di hadapan suami atau mengeluhkan suami kepadaorang lain apalagi mengghibah suami menceritakan aib/ cacat dan kekurangan sang suami. Bagaimana pun kekurangan suami dan kesempitan hidup bersama ia tetap bersyukur di sela-sela kekurangan dan kesempitan tersebut krn Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan lelaki muslim yg beriman kepada Allah dan hari akhir sebagai pendamping hidupnya. Dan tdk memberi suami seperti suami Asiyah bintu Muzahim yg sangat kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbuat aniaya terhadap istri krn ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Tersebutlah ketika sang durjana yg bergelar Fir’aun itu mengetahui keimanan Asiyah isteri ia keluar menemui kaum lalu bertanya: “Apa yg kalian ketahui tentang Asiyah bintu Muzahim?” Merekapun memujinya. Fir’aun berkata: “Ia menyembah Tuhan selain aku.” Mereka berkata: “Kalau begitu bunuhlah dia.” mk Fir’aun membuat pasak-pasak utk istri kemudian mengikat kedua tangan dan kedua kaki istri kemudian menyiksa di bawah terik matahari. Jika Fir’aun berlalu dari para malaikat menaungi Asiyah dgn sayap-sayap mereka. Asiyah berdoa: “Wahai Rabbku bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di dlm surga.”Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabulkan doa Asiyah dgn membangunkan sebuah rumah di surga untuknya. Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah mk ia pun tertawa. Bertepatan dgn itu Fir’aun datang. Melihat Asiyah tertawa Fir’aun berkata keheranan: “Tidakkah kalian heran dgn kegilaan Asiyah? Kita siksa dia malah tertawa.”Menghadapi berat siksaan Fir’aun hati Asiyah tdk lari utk berharap kepada makhluk. Ia hanya berharap belas kasih dan pertolongan dariPenguasa makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia berdoa agar diselamatkan dari siksaan yg ditimpakan Fir’aun dan kaum serta tdk lupa memohon agar diselamatkan dari melakukan kekufuran sebagaimana yg diperbuat Fir’aun dan kaumnya.2Akhir dari semua derita dunia itu berujung dgn dicabut roh Asiyah utk menemui janji Allah Subhanahu wa Ta’ala.3Istri yg solehah akan menjaga diri dari perbuatan keji dan segala hal yg mengarah ke sana. Sehingga ia tdk keluar rumah kecuali krn darurat dgn izin suaminya. Kalaupun keluar rumah ia memperhatikan adab-adab syar‘i. Dia menjaga diri dari bercampur baur apalagi khalwat dgn laki2 yg bukan mahramnya. Ia tdk berbicara dgn lelaki ajnabi kecuali krn terpaksa dgn tdk melembut-lembutkan suara. Dan ia tdk melepas pandangan dgn melihat apa yg diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia ingat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Maryam yg sangat menjaga kesucian diri sehingga ketika dikabarkan oleh Jibril  bahwa dia akan mengandung seorang anak yg kelak menjadi rasul pilihan Allah Maryam berkata dgn heran: أَنَّى يَكُوْنُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا “Bagaimana aku bisa memiliki seorang anak laki2 sedangkan aku tdk pernah disentuh oleh seorang manusia pun dan aku bukan pula seorang wanita pezina.”Wanita shalihah akan mengingat bagaimana keimanan Maryam kepada Allah  dan bagaimana ketekunan dlm beribadah sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih dan mengutamakan di atas seluruh wanita. وَإِذْ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسآءِ الْعَالَمِيْنَ Ingatlah ketika malaikat Jibril berkata: “Wahai Maryam sesungguh Allah telah memilihmu mensucikan dan melebihkanmu di atas segenap wanita di alam ini .”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ: مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيْجَةُ بِنْتَ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ “Cukup bagimu dari segenap wanita di alam ini Maryam putri Imran Khadijah bintu Khuwailid Fathimah bintu Muhammad dan Asiyah istri Fir’aun.”4Yakni cukup bagimu utk sampai kepada martabat orang2 yg sempurna dgn mencontoh keempat wanita ini menyebut kebaikan-kebaikan mereka kezuhudan mereka terhadap kehidupan dunia dan tertuju hati mereka kepada kehidupan akhirat. Kata Ath-Thibi cukup bagimu dgn mengetahui/ mengenal keutamaan mereka dari mengenal seluruh wanita.Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda memuji Asiyah dan Maryam5: كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأُةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْتَةُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلى سَائِرِ الطَّعَامِ “Orang yg sempurna dari kalangan laki2 itu banyak namun tdk ada yg sempurna dari kalangan wanita kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam putri Imran. Sungguh keutamaan ‘Aisyah bila dibanding para wanita selain seperti kelebihan tsarid6 di atas seluruh makanan.”7Di antara keutamaan Asiyah adl ia memilih dibunuh daripada mendapatkan kerajaan . Dan ia memilih azab/ siksaan di dunia daripada mendapatkan keni’matan yg tadi ia reguk di istana sang suami yg dzalim. Ternyata firasat tentang Musa  benar ada ketika ia berkata kepada Fir’aun saat mengutarakan keinginan utk menjadikan Musa ‘alaihissalam sebagai anak angkatnya: قُرَةُ عَيْنٍ لِي .8Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Ayat-ayat ini mengandung tiga permisalan satu utk orang2 kafir dan dua permisalan lagi utk kaum mukminin.”Setelah beliau menyebutkan permisalan bagi orang kafir selanjut beliau berkata: “Adapun dua permisalan bagi orang2 beriman salah satu adl istri Fir’aun. Sisi permisalannya: Hubungan seorang mukmin dgn seorang kafir tidaklah bermudharat bagi si mukmin sedikitpun apabila si mukmin memisahkan diri dari orang kafir tersebut dlm kekafiran dan amalannya. Karena maksiat yg diperbuat orang lain sama sekali tdk akan berbahaya bagi seorang mukmin yg taat di akhirat kelak walaupun mungkin ketika di dunia ia mendapatkan kemudharatan dgn sebab hukuman yg dihalalkan bagi penduduk bumi bila mereka menyia-nyiakan perintah Allah lalu hukuman itu datang secara umum . Istri Fir’aun tidaklah mendapatkan mudharat krn hubungan dgn Fir’aun padahal Firaun itu adl manusia paling kafir. Sebagaimana istri Nabi Nuh dan Nabi Luth ‘alaihimassalam tdk mendapatkan kemanfaatan krn hubungan kedua dgn dua utusan Rabb semesta alam.Permisalan yg kedua bagi kaum mukminin adl Maryam seorang wanita yg tdk memiliki suami baik dari kalangan orang mukmin ataupun dari orang kafir. Dengan demikian dlm ayat ini Allah menyebutkan tiga macam wanita:Pertama: wanita kafir yg bersuamikan lelaki yg shalih.9Kedua: wanita shalihah yg bersuamikan lelaki yg kafir.Ketiga: gadis perawan yg tdk punya suami dan tdk pernah berhubungan dgn seorang lelakipun.Jenis yg pertama ia tdk mendapatkan manfaat krn hubungan dgn suami tersebut.Jenis kedua ia tdk mendapatkan mudharat krn hubungan dgn suami yg kafir.Jenis ketiga ketiadaan suami tdk bermudharat sedikitpun baginya.Kemudian dlm permisalan-permisalan ini ada rahasia-rahasia indah yg sesuai dgn konteks surat ini. Karena surat ini diawali dgn menyebutkan istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan peringatan kepada mereka dari saling membantu menyusahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam10. Bila mereka itu tdk mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta tdk menginginkan hari akhirat niscaya tdk bermanfaat bagi mereka hubungan mereka dgn Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana istri Nuh dan istri Luth tdk mendapatkan manfaat dari hubungan kedua dgn suami mereka. Karena itulah di dlm surah ini dibuat permisalan dgn hubungan nikah11 bukan hubungan kekerabatan.Yahya bin Salam berkata: “Allah membuat permisalan yg pertama utk memperingatkan ‘Aisyah dan Hafshah radhiallahu ‘anhuma. Kemudian memberikan permisalan kedua bagi kedua utk menganjurkan kedua agar berpegang teguh dgn ketaatan.Adapula pelajaran lain yg bisa diambil dari permisalan yg dibuat utk kaum mukminin dgn Maryam. Yaitu Maryam tdk mendapatkan mudharat sedikit pun di sisi Allah dgn tuduhan keji yg dilemparkan Yahudi dan musuh-musuh Allah terhadapnya. Begitu pula sebutan jelek utk putra sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mensucikan kedua dari tuduhan tersebut. Perlakuan jahat dan tuduhan keji itu ia dapatkan padahal ia adl seorang ash-shiddiqah al-kubra wanita pilihan di atas segenap wanita di alam ini. Lelaki yg shalih pun tdk mendapatkan mudharat atas tuduhan orang2 fajir dan fasik terhadapnya.Dalam ayat ini juga ada hiburan bagi ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha jika surat ini turun setelah peristiwa Ifk13. Dan sebagai persiapan bagi jiwa utk menghadapi apa yg dikatakan para pendusta bila surat ini turun sebelum peristiwa Ifk.Sebagaimana dlm permisalan dgn istri Nuh dan Luth ada peringatan bagi ‘Aisyah dan juga Hafshah dgn apa yg diperbuat kedua terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”Demikian semoga menjadi teladan dan pelajaran berharga bagi para istri shalihahWallahu ta’ala a’lam bish-shawab. 1 Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dlm Tanzil-Nya:وَلاَ تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلاَّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى“Dan tidaklah seseorang melakukan suatu dosa melainkan kemudharatan kembali kepada diri sendiri dan seseorang yg berdosa tdk akan memikul dosa orang lain.”2 Faedah: Al-’Allamah Al-Alusi rahimahullahu dlm tafsir mengatakan: “Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa beristi`adzah kepada Allah dan mohon keselamatan dari-Nya ketika terjadi ujian/ cobaan dan goncangan merupakan kebiasaan yg dilakukan orang2 shalih dan sunnah para nabi. Dan ini banyak disebutkan dlm Al-Qur`an.”3 Jami’ul Bayan fi Ta‘wilil Qur`an 12/162 Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an/ Tafsir Al-Qurthubi 9/132 Ruhul Ma’ani 13/790 An-Nukat wal ‘Uyun Tafsir Al-Mawardi 6/47.4 HR. At-Tirmidzi no. 3878 kitab Manaqib ‘an Rasulillah bab Fadhlu Khadijah radhiallahu ‘anha dari hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dlm Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 6181.5 Ada sebagian atsar yg menyebutkan bahwa Maryam dan Asiyah diperistri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga sebagaimana riwayat Ath-Thabrani dari Sa’ad bin Junadah ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:إِنَّ اللهَ زَوَّجَنِي فِي الْجَنَّةِ مَرْيَمَ بِنْتَ عِمْرَانَ وَامْرَأَةَ فِرْعَوْنَ وَأُخْتَ مُوْسى عَلَيْهِ السَّلاَمِ“Sesungguh Allah menikahkan aku di surga dgn Maryam bintu Imran istri Fir’aun dan dgn saudara perempuan Musa ‘alaihissalam.”Namun hadits ini lemah Asy-Syaikh Al-Albani dlm Adh-Dha’ifah mengatakan hadits ini mungkar.Adapun pendapat yg mengatakan Maryam dan Asiyah adl nabi dari kalangan wanita sebagaimana Hajar dan Sarah tidaklah benar krn syarat nubuwwah adl dari kalangan laki2 menurut pendapat yg shahih.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُوْحِي إِلَيْهِمْ“Tidaklah Kami mengutus rasul sebelummu kecuali dari kalangan laki2 yg Kami berikan wahyu kepada mereka.”6 Tsarid adl makanan istimewa berupa daging dicampur roti yg dilumatkan.7 HR. Al-Bukhari no. 3411 kitab Ahaditsul Anbiya bab Qaulillahi Ta’ala: Wa Dharaballahu Matsalan lilladzina Amanu . Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim no. 6222 kitab Fadha`il Ash-Shahabah.8 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:فَلْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خَاطِئِيْنَ. وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لاَ تَقْتُلُوْهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لاَ يَشْعُرُوْنَ“Maka Musa dipungut oleh keluarga Fir’aun yg kemudian ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. SesungguhnyaFir’aun dan Haman beserta tentara adl orang2 yg bersalah. Dan berkatalah istri Fir’aun kepada suaminya: ‘Ia adl penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kalian membunuh mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak.’ Sedangkan mereka tiada menyadari.”9 Yaitu istri Nabi Nuh ‘alaihissalam dan istri Nabi Luth ‘alaihissalam10 Lihat surat At-Tahrim ayat 1 sampai 5.11 Hubungan istri dgn suaminya; istri Nuh dgn suami istri Luth dgn suami dan Asiyah dgn suami Fir‘aun.12 Taisir Al-Karimir Rahman hal. 87513 Kisah Ifk ini beserta pernyataan kesucian ‘Aisyah diabadikan dlm Al-Qur`an surah An-Nur ayat 11-26. Menumbuhkan Suasana Ibadah di dlm Rumah Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah Bagi seorang muslim ataupun muslimah menjalani kehidupan rumah tangga adl bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena disadari hidup berumah tangga merupakan pelaksanaan dari sunnah1 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau mengancam orang yg membenci sunnah ini sebagai orang yg tdk menyepakati jalan yg beliau lalui. Shahabat Nabi yg mulia Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menuturkan: جاَءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوْتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا، فَقَالُوْا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَا أَنَا فَأَناَ أُصَلِّى اللَّيْلَ أَبَدًا. وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُوْمُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ. وَقاَلَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أبَدًا. فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَا وَاللهِ إِنِّي لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي Datang tiga orang shahabat ke rumah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam guna menanyakan tentang ibadah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika dikabarkan bagaimana ibadah beliau seakan-akan mereka menganggap kecil. Mereka berkata: ‘Di mana posisi kita dibanding Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Sementara Allah telah mengampuni dosa-dosa beliau yg telah lalu dan yg akan datang’. Salah seorang dari mereka berkata: “Adapun aku aku akan shalat malam semalam suntuk’. Yang satu lagi berkata: “Aku akan puasa sepanjang masa dan tdk pernah berbuka’. Yang lain mengatakan: “Aku akan menjauhi wanita mk aku tdk akan menikah selama-lamanya”. Datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dikabarkan ucapan mereka itu kepada beliau. mk beliau pun bersabda: “Apakah kalian yg mengatakan ini dan itu? Demi Allah aku adl orang yg paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling bertakwa kepada Allah. Akan tetapi aku puasa dan aku juga berbuka aku shalat dan aku juga tidur dan aku menikahi para wanita. Siapa yg membenci sunnahku2 mk ia bukan termasuk orang yg berjalan di atas jalanku’.”3Demikianlah krn menikah adl ibadah hidup berumah tangga adl ibadah sehingga dlm perjalanan rumah tangga sehari-hari tdk lepas dari nilai ibadah. Ia upayakan agar rumah tangga selalu dipenuhi dgn amalan ketaatan perbuatan baik dan takwa yg dilakukan seluruh penghuni rumah. Ia memerintahkan mereka menganjurkan dan mendorong mereka utk beramal shalih krn demikianlah yg diperintahkan Rabb Subhanahu wa Ta’ala: وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لاَ نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى “Perintahkanlah keluargamu utk mengerjakan shalat dan bersabarlah atasnya. Kami tdk meminta rizki kepadamu bahkan Kamilah yg memberimu rizki dan balasan yg baik itu bagi orang2 yg bertakwa.”Al-’Allamah Asy-Syaikh Abu Abdillah Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di4 rahimahullahu berkata menafsirkan ayat وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ: “Anjurkan keluargamu utk menegakkan shalat dorong mereka utk mengerjakan baik shalat yg wajib maupun yg sunnah. Perintah utk melakukan sesuatu mencakup perintah utk melakukan seluruh perkara yg dibutuhkan guna menyempurnakan sesuatu tersebut. Sehingga perintah shalat dlm ayat ini mencakup perintah utk mengajari keluarga tentang amalan shalat apa yg bisa memperbaiki shalat apa yg bisa merusak dan apa yg bisa menyempurnakannya.وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا Yakni: bersabarlah dlm menegakkan shalat dgn hukum rukun adab-adab dan khusyuknya. Karena hal itu berat bagi jiwa akan tetapi sepantas jiwa itu dipaksa dan dibuat bersungguh-sungguh utk mengamalkan shalat. Sabar bersama amalan shalat itu berlangsung terus menerus. Karena bila seorang hamba mengerjakan shalat sesuai dgn apa yg diperintahkan niscaya amalan agama selain shalat akan lbh terjaga dan lbh lurus. Namun bila ia menyia-nyiakan shalat niscaya amalan lain lbh tersia-siakan.”Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji salah seorang nabi yg mulia Nabi Ismail ‘alaihissalam dgn firman-Nya: وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيْلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا. وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا “Dan ceritakanlah kisah Ismail di dlm Al-Qur`an. Sesungguh Ismail adl seorang yg benar janji dan dia adl seorang rasul dan nabi. Dia menyuruh keluarga utk mengerjakan shalat dan menunaikan zakat dan dia adl seorang yg diridhai di sisi Rabbnya.”Al-Allamah Abu Ats-Tsana` Syihabuddin As-Sayyid Mahmud Al-Alusi Al-Baghdadi5 rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ dlm rangka menyibukkan diri dgn yg paling penting yaitu seorang lelaki setelah ia menyempurnakan diri ia mulai menyempurnakan orang yg paling dekat dengannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَ أَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلأَقْرَبِيْنَ “Berilah peringatan kepada keluarga/ kerabatmu yg terdekat.” وَ أْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ “Perintahkanlah keluargamu utk mengerjakan shalat.” قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا “Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.”Atau ia bertujuan utk menyempurnakan semua orang dgn terlebih dahulu menyempurnakan mereka krn mereka merupakan qudwah/ contoh teladan yg akan ditiru oleh manusia.”Sabda Nabi yg mulia pun turut menjadi pendorong utk menganjurkan keluarga kepada kebajikan. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ. وَ رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى نَضَحَت فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ “Semoga Allah merahmati seorang lelaki yg bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istri hingga istri pun shalat. Bila istri enggan ia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita yg bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami hingga suami pun shalat. Bila suami enggan ia percikkan air ke wajahnya.”6Al-Allamah Al-‘Azhim Abadi rahimahullahu menerangkan hadits di atas dgn menyatakan bahwa Allah merahmati seorang lelaki yg shalat tahajjud pada sebagian malam dan ia membangunkan istri ataupun wanita yg merupakan mahram baik dgn peringatan atau nasehat hingga si istri pun mengerjakan shalat walau hanya satu raka‘at. Bila istri enggan utk bangun krn kantuk yg sangat atau perasaan malas yg lbh dominan ia memercikkan air ke wajah istrinya. Yang dimaukan di sini adl ia berlaku lembut kepada istri dan berusaha membangunkan utk mengerjakan amalan ketaatan kepada Rabb selama memungkinkan krn Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوى “Tolong menolonglah kalian dlm perbuatan kebaikan dan ketakwaan.”Hadits ini menunjukkan boleh bahkan disenangi memaksa seseorang utk melakukan amal kebaikan. Sebagaimana hadits ini menerangkan tentang pergaulan yg baik antara suami dgn istri kelembutan yg sempurna kesesuaian kecocokan dan kesepakatan di antara keduanya.Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللّيْلِ فَصَلَّيَا أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا في الذَّاكِرِيْنَ وَالذَّاكِرَاتِ “Apabila seorang lelaki membangunkan keluarga di waktu malam hingga kedua mengerjakan shalat atau shalat dua rakaat semua mk kedua dicatat termasuk golongan laki2 dan perempuan yg berzikir.”7Dalam riwayat yg dikeluarkan An-Nasa`i disebutkan dgn lafadz: إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ “Apabila seorang lelaki bangun di waktu malam dan ia membangunkan istri lalu kedua mengerjakan shalat dua rakaat mk kedua dicatat termasuk golongan laki2 dan perempuan yg banyak mengingat/ berdzikir kepada Allah.”Yang dimaksud dgn keluarga dlm hadits di atas meliputi istri anak-anak kerabat budak laki2 maupun perempuan. . Dan hadits di atas tidaklah menunjukkan syarat harus suami yg membangunkan istri namun yg dimaukan adl bila salah seorang dari kedua terbangun di waktu malam mk ia membangunkan yg lainSungguh beruntung pasangan suami istri atau keluarga yg mengamalkan hadits di atas krn mereka akan tercatat sebagai orang2 yg banyak berzikir kepada Allah. Dan ganjaran mereka akan beroleh ampunan berikut pahala yg besar sebagaimana Rabbul ‘Izzah berfirman: اَلذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيْمًا “Kaum laki2 dan perempuan yg banyak berzikir kepada Allah Allah menyiapkan bagi mereka ampunan-Nya dan pahala yg besar.”Kasih sayang dan kelembutan seorang suami ataupun seorang istri kepada keluarga semesti tdk menghalangi utk menasehati dan menganjurkan mereka agar senantiasa meningkatkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana hal ini diperbuat qudwah shalihah dan uswah hasanah kita Rasul yg mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarganya. Di mana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan mereka utk mengerjakan shalat malam. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha mengabarkan: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى وَأَنَا رَاقِدَةٌ مُعْتَرِضَةً عَلى فِرَاشِهِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُوْتِرَ أَيْقَظَنِي فَأَوْتَرْتُ “Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam sedangkan aku tidur dlm keadaan melintang di atas tempat tidurnya. Bila beliau hendak shalat witir beliau pun membangunkan aku mk aku pun mengerjakan witir.” 8Ummu Salamah radhiallahu ‘anha istri beliau yg lain juga berkisah: أن النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِسْتَيْقَطَ لَيْلَةً فَقَالَ: سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا أُنْزِلَ الْلَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ مَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الْخَزَائِنِ مَنْ يُوْقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجرَاتِ؟ يَا رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ “Suatu malam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun. Beliau bersabda: “Maha suci Allah fitnah apakah yg diturunkan pada malam ini dan perbendaharaan apakah yg diturunkan pada malam ini? Siapakah yg akan membangunkan para penghuni kamar-kamar itu9. Berapa banyak orang yg berpakaian di dunia ini namun di akhirat ia telanjang10.”Tidak sebatas istri-istri bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membangunkan anak dan menantu utk mengerjakan shalat sebagaimana dikisahkan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَرَقَهُ وَفَاطِمَةَ بِنْتَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَقَالَ: أَلاَ تُصَلِّيَانِ؟ Suatu malam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi dan Fathimah putri Nabi seraya berkata: “Tidakkah kalian berdua bangun utk mengerjakan shalat?”11Ibnu Baththal rahimahullahu berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat malam dan membangunkan keluarga serta kerabat yg tidur agar mengerjakan shalat malam tersebut.”Ath-Thabari rahimahullahu menyatakan seandai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk mengetahui ada keutamaan yg besar dlm shalat lail niscaya beliau tdk akan mengusik putri dan anak paman pada waktu yg memang Allah jadikan sebagai saat ketenangan/ istirahat bagi makhluk-Nya. Akan tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih kedua agar memperoleh keutamaan itu daripada merasakan lelap dan enak tidur. Beliau lakukan hal tersebut dlm rangka menjalankan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ .Demikianlah seharus hidup berumah tangga. Sepasang insan yg beriman kepada Allah dan hari akhir selalu dipenuhi dgn ibadah dan amal ketaatan kepada Allah ajakan dan anjuran kepada anggota keluarga utk mengerjakan kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Sehingga kita dapatkan keluarga muslim adl keluarga yg senantiasa berlomba-lomba kepada kebaikan terdepan dlm menjalankan titah Ar-Rahman: فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ “Berlomba-lombalah kalian kepada kebaikan.” سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ “Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yg luas seluas langit dan bumi yg disediakan bagi orang2 yg beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Yang demikian itu adl keutamaan Allah diberikan-Nya kepada siapa yg Dia kehendaki dan Allah memiliki keutamaan yg besar.”Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab. 1 Yang dimaksud dgn sunnah di sini adl jalan/ cara bukan sunnah yg merupakan lawan dari wajib/ fardlu2 Membenci sunnahku yakni meninggalkan jalanku dan mengambil selain jalanku3 HR. Al-Bukhari no. 5063 kitab An-Nikah bab At-Targhib fin Nikah dan Muslim no. 3389 kitab An-Nikah bab Istihbabun Nikah .4 Lahir 12 Muharram 1307 H dan wafat 24 Jumadits Tsaniyah 1376 H5 Wafat th. 1270 H6 HR. Abu Dawud no. 1308 kitab Ash-Shalah bab Al-Hatstsu ‘ala Qiyamil Lail An-Nasa`i no. 1609 bab At-Targhib fi Qiyamil Lail dan Ibnu Majah no. 1336 bab Ma Ja`a Fiman Ayqazha Ahlahu Minal Laili dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dlm Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain 2/3037 HR. Abu Dawud no. 1309 kitab Ash-Shalah bab Al-Hatstsu ‘ala Qiyamil Lail dan Ibnu Majah no. 1335 bab Ma Ja`a Fiman Aiqazha Ahlahu Minal Laili. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahih Abi Dawud Shahih Ibni Majah dan Al-Misykat no. 1238.8 HR. Al-Bukhari no. 997 kitab Al-Witr bab Iqazhun Nabiyyi  Ahlahu bil Witr dan Muslim no. 1141 bab I‘tirad baina Yadayil Mushalli9 Yang beliau maksudkan adl istri-istri beliau agar mereka bangun guna mengerjakan shalat10 HR. Al-Bukhari no. 1126 kitab At-Tahajjud bab Tahridlin Nabiyyi  ‘ala Qiyamil Laili wan Nawafil min Ghairi Ijab11 HR. Al-Bukhari no. 1127 kitab At-Tahajjud bab Tahridlin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘ala Qiyamil Laili wan Nawafil min Ghairi Ijab dan Muslim no. 1815 kitab Shalatul Musafirin wa Qashruha bab Ma Ruwiya Fiman Namal Laila Ajma‘ Hatta Ashbaha. Ada Saatnya Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah Manusia tdk selama bisa menghadirkan hati utk selalu mengingat akhirat. dlm hidup berumah tangga ada saat-saat bagi kita utk bercanda dgn anak-anak bermesraan dgn suami dan kesenangan-kesenangan dunia lainnya. Bagaimana mengelola itu semua sehingga kehidupan kita senantiasa dlm naungan syariat? Mungkin pernah terlintas di benak kita bahwa hari-hari bersama suami dan anak-anak kadang dipenuhi dgn kelalaian. Kita disibukkan utk melayani mereka mengurusi dan mempersiapkan kebutuhan mereka. Belum lagi menyempatkan diri utk duduk bermesraan dan bercengkerama dgn suami ditambah dgn bermain dan bersenda gurau dgn anak-anak. Bersama mereka kita selalu tertawa dan seakan lupa dgn kehidupan setelah kehidupan ini. Bersama mereka seakan kita merasa kebersamaan ini akan kekal tdk akan ada perpisahan. Yang ada hanyalah kebahagiaan demi kebahagiaan kesenangan demi kesenangan. Bersama mereka seakan kita hidup hanya utk dunia Bersama mereka kita terbuai lupa dan lalaiNamun saat duduk sendiri dlm keheningan malam bersimpuh di hadapan Ar-Rahman ketika orang2 yg dikasihi sedang terlelap dlm mimpi-mimpi indah mereka timbul ingatan dan kesadaran bahwa semua itu tidaklah kekal bahwa ada saat perjumpaan dgn Ar-Rahman. Di sana ada keni’matan yg menanti dan ada azab yg tdk terperikan. Hati menjadi lunak hingga mata pun mudah meneteskan butiran bening terasa tdk ingin berpisah dgn perasaan seperti ini. Ingin selalu rasa ini menyertai ingin selalu tangis ini mengalir membasahi pipi. Ingin dan ingin selalu ingat dgn akhirat berpikir tentang akhirat di sepanjang waktu tanpa lupa sedetik pun dan tanpa lalai sekerdip mata pun.Demikian pula ketika kita duduk di majelis dzikir majelis ilmu yg haq mendengar ceramah seorang ustadz tentang dunia dgn kefanaan dan kerendahan tentang akhirat dgn kemuliaan tentang targhib dan tarhib tentang keni’matan surga dan azab neraka Kembali kita ingat bahwa tawa canda dan kegembiraan kita dlm rumah tangga bersama suami dan anak-anak adl kefanaan. Ada kehidupan setelah kehidupan dunia yg hanya sementara ini.Pikiran seperti ini bisa saja suatu saat timbul di benak kita sehingga terkadang membuat kita terusik didera keresahan dan kebimbangan. Benarkah sikapku? Salahkah perbuatanku?SaudarikuPerasaan yg mungkin agak mirip dgn yg pernah engkau rasakan juga pernah dialami para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg mulia. Hanzhalah Al-Asadi radhiallahu ‘anhu seorang shahabat yg terhitung dlm jajaran juru tulis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertutur:Suatu ketika aku berjumpa dgn Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.“Ada apa denganmu wahai Hanzhalah?” tanyanya1.“Hanzhalah ini telah berbuat nifaq” jawabku.“Subhanallah apa yg engkau ucapkan?” ta Abu Bakr.“Bila kita berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau mengingatkan kita tentang neraka dan surga hingga seakan-akan kita bisa melihat dgn mata kepala kita. Namun bila kita keluar meninggalkan majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam istri anak dan harta kita menyibukkan kita2 hingga kita banyak lupa/ lalai” kataku.“Demi Allah kami juga menjumpai yg semisal itu3” Abu Bakr menanggapi perasaan Hanzhalah.Aku pun pergi bersama Abu Bakar menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga kami dapat masuk ke tempat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.“Hanzhalah ini telah berbuat nifaq wahai Rasulullah” kataku.“Apa yg engkau katakan? Mengapa engkau bicara seperti itu?” ta beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.“Wahai Rasulullah bila kami berada di sisimu engkau mengingatkan kami tentang neraka dan surga hingga seakan-akan kami dapat melihat dgn mata kepala kami. Namun bila kami keluar meninggalkan majelismu istri anak dan harta kami melalaikan kami hingga kami banyak lupa/ lalai4” jawabku.Mendengar penuturan yg demikian itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنْ لَوْ تَدُوْمُوْنَ عَلَى مَا تَكُوْنُوْنَ عِنْدِي وَفِي الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً سَاعَةً. “Demi Zat yg jiwaku berada di tangan-Nya seandai kalian tetap berada dlm perasaan sebagaimana yg kalian rasakan ketika berada di sisiku dan selalu ingat demikian niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di atas tempat tidur kalian dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi wahai Hanzhalah ada saat begini dan ada saat begitu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan tiga kali.Dalam riwayat lain disebutkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas dgn lafadz: يَا حَنْظَلَةُ، سَاعَةً سَاعَةً، وَلَوْ كَانَتْ تَكُوْنُ قُلُوْبُكُمْ كَمَا تَكُوْنُ عِنْدَ الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلائِكَةُ حَتَّى تُسَلِّمَ عَلَيْكُمْ فِي الطُُّرُقِ “Wahai Hanzhalah ada saat begini ada saat begitu. Seandai hati-hati kalian senantiasa keadaan sebagaimana keadaan ketika ingat akan akhirat niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian hingga mereka mengucapkan salam kepada kalian di jalan-jalan.”Hanzhalah radhiallahu ‘anhu dgn kemuliaan diri sebagai salah seorang shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah membuat merasa aman dari makar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan ia merasa khawatir bila ia termasuk orang munafik krn saat berada di majelis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam rasa khauf terus menyertai dibarengi muraqabah berpikir dan menghadapkan diri kepada akhirat. Namun ketika keluar meninggalkan majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia disibukkan dgn istri anak-anak dan penghidupan dunia. Hanzhalah khawatir hal itu merupakan kemunafikan mk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengajari Hanzhalah dan para shahabat yg lain bahwa keadaan seperti itu bukanlah kemunafikan. Karena mereka tidaklah dibebani utk terus menerus harus memikirkan dan menghadapkan diri hanya pada kehidupan akhirat. Ada waktu begini dan ada waktu begitu. Ada saat memikirkan akhirat dan ada saat mengurusi penghidupan di dunia.Ketika Hanzhalah radhiallahu ‘anhu mengeluhkan perasaan dan keadaan diri yg demikian itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bila keadaan sama dgn keadaan ketika bersama beliau merasa hati itu lunak dan takut kepada Allah. Terus keadaan demikian di mana pun ia berada niscaya para malaikat dgn terang-terangan akan menyalami di majelis di atas tempat tidur dan di jalan-jalannya.Namun yg nama manusia tidaklah bisa demikian. Ada waktu ia bisa menghadirkan hati utk mengingat akhirat dan ada saat ia lemah dari ingatan akan akhirat. Ketika waktu ingat akan akhirat ia bisa menunaikan hak-hak Rabb dan mengatur perkara agamanya. Saat waktu lemah ia mengurusi bagian dari kehidupan dunia ini. Dan tidaklah seseorang dianggap munafik bila demikian keadaan krn masing-masing merupakan rahmah atas para hamba.Al-Imam As-Sindi rahimahullahu menjelaskan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan mereka bahwa biasa hati itu tdk selama dapat dihadirkan utk selalu ingat akhirat. Namun hal itu tidaklah memudharatkan bagi keberadaan iman di dlm hati krn kelalaian/ saat hati itu lupa tidaklah melazimkan hilang keimanan.”Demikianlah ajaran yg diberikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat kepada para suami dan tentu juga utk para istri. Kesibukan dlm rumah tangga bersenda gurau dgn suami dan bermain-main dgn anak-anak hingga kadang membuat lupa dan lalai bukanlah suatu dosa yg dapat menghilangkan keimanan dlm hati.Ada saat memang manusia itu lupa dan lalai krn memang demikian tabiat mereka yg Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Yang dicela hanyalah bila ia terus tenggelam dlm kelalaian ridha terlena dgn keadaan yg demikian dan memang enggan utk bangkit memperbaiki diri. Pikiran hanya dunia dan dunia tanpa mengingat akhirat. Namun bila terkadang lupa kemudian ingat ia bersemangat kembali. Demikianlah sifat manusia manusia bukanlah malaikat yg mereka memang diciptakan semata utk taat dan selalu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengerjakan dgn sempurna apa yg diperintahkan tanpa lalai sedikitpun. وَمَنْ عِنْدَهُ لاَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلاَ يَسْتَحْسِرُوْنَ. يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لاَ يَفْتُرُوْنَ “Dan malaikat-malaikat yg di sisi-Nya mereka tiada mempunyai rasa angkuh utk beribadah kepada-Nya dan tdk pula mereka merasa letih. Mereka selalu bertasbih kepada Allah siang dan malam tiada hentinya-hentinya.”Para malaikat itu tdk pernah lelah tdk pernah bosan dan jenuh krn kuat raghbah mereka sempurna mahabbah mereka dan kuat tubuh mereka. Mereka tenggelam dlm ibadah dan bertasbih di seluruh waktu mereka. Sehingga tdk ada waktu mereka yg terbuang sia-sia dan tdk ada waktu mereka yg luput dari ketaatan. Tujuan mereka selalu lurus sebagaimana lurus amalan mereka. Dan mereka diberi kemampuan utk melakukan semua itu sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ “Mereka tdk mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.” (Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir hal. 862 Taisir Al-Karimir Rahman hal. 520-521)Itulah sifat-sifat malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala yg mulia. Dan manusia sekali lagi bukanlah malaikat. Pada diri manusia ada kelalaian dan sifat lupa. Kadang semangat dlm menjalankan ketaatan kadang pula futur . Kadang hati tersibukkan mengingat kematian dan kampung akhirat kadang pula ia sibuk mengurus dunianya. Begitulah sifat manusia ada saat begini ada saat begitu. Dan orang yg demikian keadaan tidaklah bisa dicap munafik sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak cap seperti itu ketika diucapkan oleh Hanzhalah radhiallahu ‘anhu.Dengan penjelasan di atas kita berharap dapat mengambil pelajaran bahwa kita tidaklah dituntut utk menjadi seorang yg ghuluw . Sehingga krn tdk ingin dilalaikan dgn kesibukan rumah tangga dgn suami dan anak kita pun memilih hidup membujang agar bisa sepenuh beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atau jika kita sudah berumah tangga lalu kita terapkan sikap ekstrim; tdk boleh ada canda tawa dgn suami tdk boleh ada gurauan krn dianggap sia-sia harus diam berzikir. Tidak ada berkasih mesra krn membuang waktu dan itu hanyalah perbuatan ahlud du orang2 yg cinta dunia sementara kita orientasi akhirat. Tidak perlu mengajak anak-anak bermain. Rumah tdk perlu terlalu diurusi dan ditata masak sekedar tdk usah enak-enak tdk perlu ada perawatan tubuh dan kecantikan tdk perlu repot dgn dandanan dan penampilan di depan suami tdk mengapa pakai baju yg sudah sobek semua sekedarnya Toh ini cuma kehidupan dunia toh semua ini melalaikan dan buang waktu Benarkah? Tentu tidak! Bila ada seorang istri yg melakukan atau berpikir seperti itu mk benar-benar hal itu bersumber dari kebodohannya.Tapi kita katakan urusilah rumah tanggamu dgn baik. Perhatikan suami dan anak-anakmu. Usahakan utk memberikan yg terbaik dan ternyaman utk mereka baik dari sisi pelayanan penyediaan makanan penataan rumah dan sebagai sesuai dgn kemampuan yg ada dgn tiada memberatkan. Kalau dikatakan hal itu melalaikan dari akhirat mk jawaban hadits Hanzhalah radhiallahu ‘anhu di atas.Dan tengok pula rumah tangga nabawiyyah yg kerap kami singgung kisah dlm rubrik ini. Bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berumah tangga dan bagaimana istri-istri beliau demikian pula istri-istri para shahabat radhiallahu ‘anhum. Merekalah sebaik-baik contoh.Demikianlah semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita semua. Amin!!Wallahul musta’an wallahu ta’ala a’lam bish-shawab. 1 Karena saat itu Hanzhalah melewati Abu Bakr dlm keadaan Hanzhalah menangis.2 Karena kita harus memperbaiki penghidupan/mata pencaharian kita dan mengurusi mereka.Dalam riwayat lain Hanzhalah radhiallahu ‘anhu berkata mengeluhkan keadaan dirinya: “Kemudian aku pulang ke rumah lalu tertawa ceria bersama anak-anakku dan bermesraan dgn istriku.”3 dlm riwayat lain Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku juga melakukan seperti apa yg engkau sebutkan.”4 Seakan-akan kami belum pernah mendengar sesuatu pun darimu.

0 reply:

Copyright 2012 Islam Agamaku
Islam Agamaku Free Premium Blogger™ template by Muhammad Akram